Seorang ibu yang sudah tua memiliki dua buah tempayan, yang dipikul di pundaknya dengan menggunakan sebatang bambu |
Setibanya di rumah setelah menempuh perjalanan panjang dari sungai, air di tempayan yang retak tinggal separuh. |
Tentunya si tempayan yang utuh sangat bangga akan pencapaiannya.
Namun tempayan yang retak merasa malu akan kekurangannya dan sedih sebab hanya bisa memenuhi setengah dari kewajibannya
Setelah 2 tahun yang dianggapnya sebagai kegagalan, akhirnya dia berbicara kepada ibu tua di dekat sungai. [terjadi percakapan] : “Aku malu, sebab air bocor mela-lui bagian tu-buhku yang retak di sepanjang jalan menuju ke rumahmu.” Ibu itu tersenyum, “Tidakkah kau lihat bunga namun tidak ada di jalur yang satunya? Aku sudah tahu kekurang-anmu, jadi aku menabur benih bunga di jalurmu dan setiap hari dalam perjalan-an pulang kau menyirami benih-benih itu. Selama dua tahun aku bisa memetik bunga-bunga cantik untuk menghias meja. Kalau kau tidak seperti itu, maka rumah ini tidak seasri seperti ini sebab tidak ada bunga.” |